Ada sesuatu yang menggugah ketika dongeng masa kecil dibalik menjadi mimpi buruk yang kelam. Itulah yang berhasil dilakukan oleh Lies of P, sebuah game action RPG bergaya Soulslike garapan Neowiz dan Round8 Studio. Dengan mengambil inspirasi dari kisah klasik Pinokio, game ini membawanya ke dalam dunia yang suram, penuh darah, mesin rusak, dan kebohongan yang mematikan.
saya menilai Lies of P sebagai salah satu game paling berani dan artistik di tahun peluncurannya. Ia tak hanya menantang pemain dengan gameplay berat ala Dark Souls dan Bloodborne, tapi juga menyajikan narasi mendalam yang penuh simbolisme, misteri, dan konsekuensi dari sebuah kebohongan.
Kota Krat dan Dunia yang Tak Lagi Manusiawi
Setting utama Lies of P adalah kota fiksi Krat, yang dulunya berkembang berkat teknologi automaton—boneka mekanik yang bekerja untuk manusia. Namun segalanya berubah ketika wabah mematikan menyebar dan para automaton memberontak. Dalam kehancuran itu, muncul satu harapan: seorang boneka khusus bernama P.
Dunia Krat adalah perpaduan antara steampunk, era Belle Époque, dan horor Lovecraftian. Jalan-jalan yang sebelumnya mewah kini dipenuhi puing, darah, dan patung hidup yang siap membunuh. Dari distrik industri berkarat hingga istana megah yang kini sunyi, dunia Lies of P dibangun dengan estetika yang kuat dan atmosfer yang menghantui.
Tidak seperti banyak Soulslike lain yang mengandalkan lore tersembunyi, Lies of P menyajikan narasinya dengan cukup jelas—meskipun tetap penuh misteri dan lapisan makna. P bukan sekadar boneka; dia simbol kebebasan, pengkhianatan, dan pertanyaan mendalam tentang apa artinya menjadi manusia.
Gameplay yang Sulit tapi Adil: Warisan Soulslike yang Terhormat
Sebagai game Soulslike, Lies of P mengikuti formula yang familiar: eksplorasi dunia semi-terbuka, pertarungan berat melawan musuh tangguh, checkpoint terbatas (Stargazer), dan sistem progresi berbasis souls (di sini disebut Ergo). Namun, game ini memiliki identitasnya sendiri yang kuat.
Sistem pertarungan menggabungkan elemen Bloodborne dan Sekiro: cepat, brutal, tapi membutuhkan presisi tinggi. P memiliki sistem perfect guard seperti parry, yang jika berhasil akan membuka celah untuk serangan balik. Sistem ini memberi rasa kepuasan luar biasa setiap kali berhasil dilakukan dalam situasi hidup-mati.
Senjata dalam game dapat dikustomisasi secara unik. Setiap senjata terdiri dari dua bagian: blade dan handle, yang bisa digabungkan sesuka hati untuk menciptakan dultogel kombinasi baru. Ini memungkinkan kamu menciptakan pedang ringan dengan pegangan palu, atau kapak berat dengan gagang cepat. Variasi ini membuat strategi bertarung bisa disesuaikan dengan gaya bermainmu.
Selain itu, P juga memiliki tangan mekanik yang disebut Legion Arm, yang bisa diganti-ganti dengan berbagai alat seperti flamethrower, kail rantai, atau peluncur listrik. Ini menambah lapisan taktis dalam setiap pertempuran, terutama saat menghadapi bos yang punya pola serangan gila dan tak kenal ampun.
Bos Fight Epik dan Musuh yang Menghantui
Seperti tradisi Soulslike, Lies of P memiliki daftar bos ikonik yang menantang dan penuh gaya. Dari automaton penjahit gila hingga entitas misterius yang lahir dari kegelapan Ergo, setiap bos punya desain visual dan pola pertarungan yang unik. Beberapa bahkan memiliki second phase dengan musik epik yang langsung membuat adrenalin memuncak.
Bukan hanya bos yang menarik—musuh biasa pun hadir dalam berbagai bentuk: manusia terinfeksi, boneka rusak, hingga monster hasil mutasi. Mereka tidak hanya menjadi rintangan, tapi juga bagian dari dunia yang membusuk karena keserakahan dan kebohongan manusia.
Sistem Kebohongan: Moralitas Tanpa Jawaban Pasti
Salah satu fitur unik di Lies of P adalah sistem Lie or Truth. P, meskipun boneka, memiliki kemampuan untuk memilih: berbohong atau berkata jujur dalam berbagai situasi. Pilihan ini tidak hanya memengaruhi jalannya cerita, tetapi juga membentuk kepribadian dan “jiwa” P secara perlahan.
Semakin sering kamu berbohong, semakin “manusia” P menjadi. Tapi menjadi manusia bukan berarti selalu benar. Game ini menggiring pemain ke pertanyaan etis: apakah kebohongan demi kebaikan itu pantas? Apakah menjadi manusia hanya soal memiliki emosi? Sistem ini sangat halus tapi berdampak, dan akan menentukan ending yang kamu dapatkan.
Ada tiga ending berbeda, masing-masing mencerminkan jalan yang kamu pilih: menjadi manusia, tetap sebagai boneka, atau sesuatu di antara keduanya. Semua itu ditentukan bukan oleh satu pilihan besar, tapi oleh serangkaian keputusan kecil yang kamu buat sepanjang perjalanan.
Visual dan Musik yang Menghidupkan Dunia Suram
Secara visual, Lies of P sangat mengesankan. Desain kota Krat, pencahayaan redup, dan arsitektur bergaya Eropa klasik menciptakan dunia yang hidup dan mati sekaligus. Animasi P dan para musuh sangat halus, dan efek partikel dari pertarungan—seperti percikan bunga api saat senjata saling bertabrakan—menambah nuansa sinematik pada setiap duel.
Musik game ini juga patut diacungi jempol. Skor orkestra yang megah mengiringi momen dramatis, sementara melodi piano yang sunyi muncul saat kamu kembali ke Hotel Krat, markas utama yang menjadi tempat tenang di tengah kekacauan. Beberapa lagu bahkan bisa kamu temukan dan mainkan melalui gramofon—sentuhan kecil yang memperkaya narasi dan emosi.
Progression, Leveling, dan Sistem Build
Seperti game Soulslike lainnya, P bisa meningkatkan atribut seperti Vitality, Vigor, dan Motivity menggunakan Ergo yang didapat dari membunuh musuh. Kamu juga bisa menggunakan Quartz untuk meng-upgrade P-Organ, semacam skill tree organik yang membuka kemampuan pasif dan aktif tambahan.
Build sangat fleksibel. Kamu bisa fokus pada kecepatan, kekuatan, atau teknik parry. Legion Arm juga bisa ditingkatkan dan dimodifikasi. Ini memungkinkan kamu membentuk karakter sesuai gaya bermain: apakah kamu suka agresif, bertahan, atau mencampur semuanya.
Kustomisasi ini ditambah sistem weapon transmog, membuat penampilan dan performa senjata terasa unik di tangan setiap pemain. Tidak ada dua perjalanan yang identik.
Kritik dan Harapan untuk Masa Depan
Meski banyak dipuji, Lies of P juga bukan tanpa cela. Beberapa pemain merasa sistem stamina terlalu ketat, membuat aksi terasa terlalu membatasi di awal permainan. Kamera kadang kesulitan mengikuti saat bertarung di ruang sempit. Dan ada beberapa lonjakan kesulitan yang bisa membuat frustrasi, terutama bagi pendatang baru di genre Soulslike.
Namun secara keseluruhan, game ini menunjukkan bahwa Neowiz dan Round8 Studio adalah developer yang memahami esensi genre dan tahu cara menyuntikkan identitas baru ke dalamnya. Dengan keberhasilan ini, tidak menutup kemungkinan akan ada ekspansi, DLC, atau bahkan sekuel yang memperluas mitologi dunia P lebih dalam lagi.
Kesimpulan: Dongeng Klasik dalam Balutan Darah dan Besi
Lies of P adalah salah satu contoh terbaik bagaimana dongeng klasik bisa dirombak menjadi mahakarya gelap yang penuh tantangan dan renungan. Ini bukan game untuk semua orang—kesulitan tinggi dan dunia yang suram mungkin mengintimidasi. Tapi bagi mereka yang menyukai tantangan, narasi moral yang dalam, dan aksi penuh gaya, game ini adalah petualangan yang tak terlupakan.
saya percaya Lies of P telah menetapkan standar baru untuk adaptasi dongeng dalam game. Di tengah kebohongan dan penderitaan, justru muncul kisah paling jujur tentang kemanusiaan.